TEKNIK PEMIJAHAN DAN PENDEDERAN IKAN KOI (Cyprinus carpio) DI “AGUNG KOI FARM” KEDIRI - JAWA TIMUR
LAPORAN
MAGANG
Oleh :
UMAM ARIFIN
NPM. 0310067111
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2016
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING MAGANG.................... i
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI MAGANG............................. ii
RINGKASAN.............................................................................................. iii
PRAKATA................................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................ v
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang................................. .............................. 1
1.2
Tujuan……................................................................... .. 2
1.3 Manfaat.......................................................................... 2
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Koi ........................................................... 3
2.2 Persyaratan Lokasi........................................................ 5
2.3 Sarana dan Prasarana Pembenihan ............................... 6
2.4 Pemeliharaan Induk ..................................................... 6
2.5 Perawatan Larva ........................................................... 11
BAB III METODE DAN MATERI
3.1 Waktu dan Tempat....................................................... 15
3.2 Alat dan Bahan............................................................ 16
3.3 Sarana dan Prasarana
Pemijahan dan Pendederan....... 17
3.4 Permasalahan Pemijahan dan Pendederan
Ikan Koi..... 18
3.5 Metode Pengumpulan Data.......................................... 20
3.6 Metode Analisis Data ................................................. . 20
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Lokasi Unit Usaha......................................................... 21
4.2 Fasilitas Fisik................................................................ 21
4.3 Fasilitas Utama.............................................................. 21
4.4 Teknik Pemijahan.......................................................... 27
4.5 Penetasan Telur............................................................. 30
4.6 Perawatan Larva............................................................ 31
4.7 Pendederan.................................................................... 34
4.8 Pengontrolan................................................................. 37
4.9 Pemanenan.................................................................... 37
BAB
V SIMPULAN
5.1 Simpulan........................................................................ 38
5.2 Saran.............................................................................. 39
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................. 40
LAMPIRAN ............................................................................................. 41
BAB III
METODE DAN MATERI
3.1
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang ini dilaksanakan pada tanggal 8 Januari –
25
Januari 2016 dan bertempat
di “Agung Koi Farm”, yang terletak di Desa Karanganyar, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri,
Jawa Timur.
Komoditas pembenihan yang dipilih adalah ikan koi dengan varietas yang
dominan dibudidayakan adalah jenis Kohaku,Showa dan Sanke.
dominan dibudidayakan adalah jenis Kohaku,Showa dan Sanke.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam mgang ini adalah:
Tabel. Nama dan fungsi Alat yang digunakan dalam
Praktek Kerja Lapangan
No
|
Nama alat
|
Fungsi/kegunaan
|
1.
|
Selang
aerasi
|
Saluran
suplai oksigen ke dalam wadah aquarium atau kolam dari aerator
|
2.
|
Aerator
|
Sumber
oksigen
|
3.
|
Serok
|
Alat untuk
mengumpulkan telur, larva dan mengambil indukan
|
4.
|
Ember
|
Alat untuk
menampung air
|
5.
|
Kakaban
|
Tempat
menempelnya telur ikan
|
6.
|
Alat tulis
|
Alat untuk
mencatat kegiatan penelitian
|
7.
|
Kemera
|
Alat untuk
dokumentasi kegiatan penelitian
|
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan
adalah :
Tabel. Nama dan fungsi bahan yang digunakan dalam
Praktek Kerja Lapangan.
No
|
Bahan
|
Fungsi/kegunaan
|
1.
|
Induk betina
|
Bahan perlakuan praktek
|
2.
|
Induk jantan
|
Bahan perlakuan praktek
|
3.
|
Air Tawar
|
Media hidup ikan koi
|
4.
|
Pellet
|
Pakan ikan (buatan)
|
5.
|
Cacing sutera
|
Pakan larva umur 3 sampai 10 hari
|
6.
|
Telur
|
Pakan larva umur 1 sampai 2
|
3.3 Sarana
dan Prasarana Pemijahan dan Pendederan
3.3.1 Prasarana Pokok
- Kolam
Pemijahan dan penetasan
Kolam pemijahan dan kolam penetasan
adalah kolam yang digunakan untuk memijahkan indukan ikan koi dan tempat
menetaskan telur ikan koi.
- Kolam
Terpal Pendederan
Kolam terpal pendederan adalah tempat pembesaran larva
ikan koi.
- Kolam sawah indukan
Kolam sawah indukan adalah tempat
pemeliharaan indukan.
- Sumber
Air
Air yang digunakan kegiatan pemijahan dan pendederan
berasal dari sungai dan sumur.
Air yang berasal dari
sungai langsung dialirkan ke kolam terpal dan air yang berasal dari tanah/air
sumur ditampung di tendon kemudian dialirkan ke kolam pemijahan dan penetasan.
- Sistem
Aerasi
Sumber aerasi yang digunakan untuk kegiatan pemijahan
dan pendederan yaitu menggunakan aerator.
3.3.2 Prasarana Penunjang
- Kolam karantina dan
pemeberokan
- Kendaraan (1 unit mobil dan
3 unit motor)
- Kolam filter
- Gudang pakan
- Gudang obat - obatan
3.3.3 Sarana Pendukung
- Air pump
- Tabung oksigen
- Ember
- Seser
- Jaring
- steroform
3.4 Permasalahan Pembenihan dan Pendederan Ikan koi
Permasalahan dalam pembenihan dan pendederan ikan koi di
Agung Koi Farm sebagai
berikut:
3.4.1
Penanganan dan pengobatan benih koi yang terserang penyakit Pada kolam
sawah pendederan sangat sulit dilakukan.
3.4.2
Masuknya air pada kolam sawah tidak terkontrol karena sumber airnya dari
saluran irigasi.
3.4.3
Pengunaan alat-alat tidak steril. Alat-alat yang habis dipakai tidak
dibersihkan lagi, langsung digunakan pada kegiatan budidaya ikan koi.
3.4.4
penggunaan bahan kimia dan pestisida yang berbahaya dalam melakukan
kegiatan budidaya dan pemberantasan hama, antara lain : lebaycid, bassa, detol
dan inrofloxs-25.
·
Detol digunakan untuk meminsankan atau menenangkan ikan koi yang akan di
suntik ovaprim pada proses pemijahan dan untuk diambil gambarnya.
·
Lebaycid dan bassa digunakan untuk memberantas hama pada kolam beton.
·
Infroloxs-25 digunakan untuk sterilisasi pakan alami cacing sutera.
Kerugian dan bahaya
penggunaan pestisida lambat laun menjadi jelas, antara lain: dari waktu ke
waktu, hama menjadi kebal terhadap pestisida. Pestisida bukan hanya pembunuh
organisme yang menyebabkan kerusakan pada tanaman, namun juga membunuh
organisme yang berguna seperti musuh alami hama. Serangga hama primer dan
sekunder bisa meningkat setelah pestisida membunuh musuh alami hama. Pestisida
yang tidak mudah terurai, akan terserap dalam rantai makanan dan sangat
membahayakan seranggga, hewan pemakan serangga, burung pemangsa, dan pada
akhirnya manusia (Sukoco, 1999).
Dampak tarhadap manusia
apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan perlindungan dan perawatan
kesehatan, orang yang sering berhubungan dengan pestisida, secara lambat laun
akan mempengaruhi kesehatannya.
Pestisida sebagai bahan
beracun, termasuk bahan pencemar yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan
manusia. Pencemaran dapat terjadi karena pestisida menyebar melalui angin,
melalui aliran air dan terbawa melalui tubuh organisme yang dikenainya. Residu
pestisida sintesis sangat sulit terurai secara alami. Bahkan untuk beberapa
jenis pestisida, residunya dapat bertahan hingga puluhan tahun. Saat ini residu
pestisida hampir ditemukan di setiap tempat di lingkungan sekitar. Kondisi ini
secara tidak langsung dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap organisme bukan sasaran. Oleh karena sifatnya
yang beracun serta relatif persisten di lingkungan, maka residu yang
ditinggalkan pada lingkungan menjadi masalah.
Kadar pestisida yang
tinggi dapat menimbulkan kematian organisme akuatik secara langsung (keracunan
akut) yaitu kontak langsung atau melalui jasad lainnya seperti plankton,
perifiton dan bentos, sedangkan kadar rendah dalam badan air kemungkinan besar
menyebabkan kematian organisme dalam waktu yang lama yaitu akibat akumulasi
pestisida dalam organ tubuhnya.
Kerugian pengunaan
pestisida pada budidaya ikan koi adalah berpengaruh buruk terhadap kualitas
lingkungan. Pencemaran pestisida terjadi karena adanya residu yang tertinggal
di lingkungan fisik dan biotis disekitar kita. Dan menyebabkan kualitas lingkungan hidup manusia
semakin menurun. Tiga dampak buruk penggunaan pestisida, khususnya yang
mempengaruhi peningkatan perkembangan populasi hama yaitu munculnya ketahanan hama terhadap pestisida, resurgensi
hama, ledakan populasi hama sekunder (Sukoco, 1999).
Menurut Khairruman (2000), prasarana pokok yang harus ada adalah kolam
pemijahan atau kolam penetasan, kolam pemeliharaan induk, dan kolam penampungan
benih. Prasarana penunjangnya adalah kolam pemberokan, kolam sedimentasi, kolam
penyaringan, kolam pemeliharaan ikan donor, kolam penampungan hasil, gudang
pupuk, gudang pakan, gudang kimia dan obat – obatan. Prasarana pelengkapnya
adalah kantor, perumahan karyawan, toilet, ruang istirahat, dan rumah jaga.
Sementara itu prasarana yang paling mutlak adalah sumber air. Adapun sarana –
sarananya yaitu seperti, seser, ember, jaring.
3.5 Metode
Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam
magang ini metode survey dan observasi yaitu peninjauan dan melaksanakan kerja secara
langsung di lapangan. Wawancara
dengan pembimbing lapangan.
Data yang dikumpulkan berupa :
1.
Data primer, yaitu data yang
diperoleh langsung melalui wawancara, praktek dan pengamatan langsung di
lapangan.
2.
Data sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari instansi terkait dan melalui studi literature yang berhubungan
dengan magang yang dilaksanakan.
3.6 Metode
Analisis Data
Data yang diperoleh dari teknis lapangan/ data sekunder maupun Primer dibahas secara deskriptif
komperatif yaitu dengan
menggambarkan dan menguraikan tentang teknik pemijahan dan pendederan ikan koi (Cyprinus
carpio) yang dilakukan “Agung Koi Farm” di Kediri, Jawa Timur di serta
menjelaskan semua data yang diperoleh selama mengikuti kegiatan praktek
dengan membandingkan data dari hasil praktek dan materi atau literature yang
ada.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
1.1 Lokasi Unit Usaha
Agung koi farm yang dimiliki oleh Agung Wibowo berlokasi di Karanganyar
Kecamatan Wates, Kota Kediri, Jawa Timur. Kolam beton disekeliling rumahnya
berjumlah 21 buah diantaranya kolam pemijahan, perawatan larva, karantina dan
penampungan. Kolam sawah untuk pendederan, pembesaran dan pemeliharaan indukan
cukup banyak ada di beberapa tempat, salah satunya berada di belakang rumah di
sampingya terdapat saluran irigasi dan di bawahnya terdapat sungai.
1.2 Fasilitas Fisik
Usaha budidaya Agung
Koi Farm memiliki berbagai fasilitas fisik untuk menunjang kegiatan produksi.
Fasilitas fisik ini dibagi menjadi dua, yaitu
fasilitas utama dan fasilitas penunjang. Fasilitas utama terdiri atas kolam
pemeliharaan induk, kolam pemijahan induk, kolam pendederan larva, sumur,
tandon air, pompa air, saluran irigasi, serta perlengkapan dan peralatan
budidaya. Sedangkan fasilitas penunjang yang ada antara lain, sumber energi
utama berupa listrik PLN, sarana transportasi (motor dan mobil), peralatan
budidaya, penjual pakan (cacing sutera dan pakan buatan), plastik, tabung oksigen, obat-obatan, dan lain-lain.
fasilitas utama dan fasilitas penunjang. Fasilitas utama terdiri atas kolam
pemeliharaan induk, kolam pemijahan induk, kolam pendederan larva, sumur,
tandon air, pompa air, saluran irigasi, serta perlengkapan dan peralatan
budidaya. Sedangkan fasilitas penunjang yang ada antara lain, sumber energi
utama berupa listrik PLN, sarana transportasi (motor dan mobil), peralatan
budidaya, penjual pakan (cacing sutera dan pakan buatan), plastik, tabung oksigen, obat-obatan, dan lain-lain.
4.3 Fasilitas Utama
4.3.1 Wadah
Kolam yang digunakan
dalam usaha budidaya ikan koi terbagi menjadi tiga, yaitu kolam pemeliharaan induk,
pemijahan induk (yang juga berfungsi sebagai kolam
inkubasi telur dan pemeliharaan larva), serta kolam pendederan dan
pembesaran, kolam karantina. Berdasarkan konstruksi, kolam yang digunakan untuk budidaya ikan koi, terdapat dua jenis Agung Koi Farm, yaitu kolam tanah dan kolam beton. Kolam beton digunakan untuk kegiatan pemijahan induk, inkubasi telur, pemeliharaan larva, pemberokan, persiapan packing, karantina ikan, dan pemeliharaan ikan unggulan (kolam filter). Kolam beton tersebut terletak di pekarangan berjumlah 21 petak.
pembesaran, kolam karantina. Berdasarkan konstruksi, kolam yang digunakan untuk budidaya ikan koi, terdapat dua jenis Agung Koi Farm, yaitu kolam tanah dan kolam beton. Kolam beton digunakan untuk kegiatan pemijahan induk, inkubasi telur, pemeliharaan larva, pemberokan, persiapan packing, karantina ikan, dan pemeliharaan ikan unggulan (kolam filter). Kolam beton tersebut terletak di pekarangan berjumlah 21 petak.
Kolam pemeliharaan
induk ditempatkan di area persawahan yang lahannya
terbuka. Kolam tanah yang terletak di belakang rumah Bapak Agung berjumlah 8 petak. Dimana masing-masing diisi nener (mulai umur 10 hari – 1 bulan tebar), dan indukan. Dasar kolam tanah berlumpur.
terbuka. Kolam tanah yang terletak di belakang rumah Bapak Agung berjumlah 8 petak. Dimana masing-masing diisi nener (mulai umur 10 hari – 1 bulan tebar), dan indukan. Dasar kolam tanah berlumpur.
4.3.2
Sistem Suplai Air
Suplai air untuk kolam
di pekarangan rumah bersumber dari air tanah
(sumur) yang dipompa dengan pompa air kemudian ditampung pada tandon yang terbuat dari semen, jika air tandon hampir habis maka pompa air akan mengisi air pada tandon secara otomatis. Kemudian dialirkan ke dalam kolam melalui paralon air (inlet) yang terdapat dimasing-masing kolam beton. Air tandon juga digunakan untuk kebutuhan memcuci peralatan budidaya dan lain-lain. Sedangkan suplai air untuk kolam pendederan, kolam pembesaran dan kolam induk di sawah adalah air dari saluran irigasi. Air irigasi juga digunakan oleh para petani untuk pengairan sawah dan ladang. Sedangkan air pembuangan dari kolam beton mengalir menuju sungai, begitu juga dengan kolam sawah/tanah.
(sumur) yang dipompa dengan pompa air kemudian ditampung pada tandon yang terbuat dari semen, jika air tandon hampir habis maka pompa air akan mengisi air pada tandon secara otomatis. Kemudian dialirkan ke dalam kolam melalui paralon air (inlet) yang terdapat dimasing-masing kolam beton. Air tandon juga digunakan untuk kebutuhan memcuci peralatan budidaya dan lain-lain. Sedangkan suplai air untuk kolam pendederan, kolam pembesaran dan kolam induk di sawah adalah air dari saluran irigasi. Air irigasi juga digunakan oleh para petani untuk pengairan sawah dan ladang. Sedangkan air pembuangan dari kolam beton mengalir menuju sungai, begitu juga dengan kolam sawah/tanah.
(a)
tendon air dan saluran pembuangan
kolam beton.
4.3.3
Sistem Aerasi
Aerasi hanya diberikan pada kolam beton (kolam
karantina, penetasan dan pemeliharaan larva, dan pemijahan). Aerasi yang
digunakan adalah air pump 9(LP-60).
Terdapat 4
buah air pump.
4.3.4 Fasilitas Pendukung
4.3.4.1 Kendaraan, Bangunan, dan Sumber
Energi
Kendaraan yang dimiliki
antara lain 1 unit mobil Toyota Kijang dan 3 unit motor (Yamaha Vega dan Mio J,
Honda Karisma) Kendaraan tersebut digunakan untuk transportasi ikan, tetapi
sewaktu-waktu digunakan pula untuk keperluan pribadi. Terdapat bangunan packing dan seleksi ukuran dan warna sebelum
dipasarkan, dimana juga berfungsi untuk menyimpan perlengkapan usaha budidaya.
Sumber energi utama usaha produksi perbenihan ikan koi ini adalah energi
listrik dari PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan daya 900 W. Listrik
tersebut digunakan untuk menghidupkan air pump, pompa air, dan lampu
penerangan.
(a)
box listrik dan tempat packing
serta penyimpanan peralatan.
(b) kendaraan oprasional dan tabung
oksigen
4.3.4.2 Prasarana Pendukung
Tidak jauh dari lokasi
produksi, terdapat penjual eceran, plastik packing, karet. Ada juga
penjual cacing sutera yang suplainya didatangkan dari Surabaya. Selain itu terdapat
pula toko yang menjual pakan buatan dan obat-obatan.
(b)
peralatan
penunjang
(d) cacing sutra dan pakan buah
4.4
Teknik Pemijahan
4.4.1 Persiapan
Wadah Pemijahan
Kolam yang digunakan
untuk pemijahan yaitu kolam beton yang berukuran 2,5 x 6 m2. Karena
indukan betina yang akan dipijahkan ada 2 ekor maka memerlukan 2 petak kolam.
Dan 4 kolam lainya dipersiapkan untuk penetasan telur.
Persiapan yang dilakukan yaitu dengan
mencampur kaporit ke dalam kolam dan didiamkan selama 24 jam. Setelah itu
dikuras dan dibersihkan lalu diisi air kembali dan diberi enceng gondok dan
rumput yang diikat dan kolam siap digunakan.
(a) perendaman
kaporit selama 24 jam dan setelah itu dibersihkan (kuras).
4.4.2
Teknik Rangsangan Dan Pemijahan
Proses pemijahan
dilakukan dengan 2 sistem, yaitu sistem semi buatan (penyuntikan hormone
ovaprim) dan sistem pemijahan alami. Rangsangan pemijahan pada kolam yaitu
dengan pemberian sejumlah substrat penempelan telur. Dengan adanya substrat
untuk penempelan telur, induk akan terangsang untuk memijah. Substrat yang
digunakan adalah eceng gondok dan potongan rumput yang diikat memanjang.
Pemijahan ikan koi
dilakukan dengan perbandingan satu ekor induk betina
dengan satu ekor induk jantan atau dua dan tiga jantan. Bila induk jantan berukuran besar cukup satu banding satu. Namun, perbandingan ini cukup beresiko. Jika induk jantan tersebut tidak mengeluarkan sperma, maka pemijahan gagal dilakukan. Pemilihan varietas induk jantan dan betina sangat mempengaruhi varietas benih yang akan dihasilkan. Maka, jika ingin menghasilkan varietas anak tertentu harus mengetahui kombinasi yang tepat antara varietas jantan dan betinanya. Agung Koi Farm mengetahui kombinasi tersebut berdasarkan trial and error dan pengalaman dari petani lainnya.
dengan satu ekor induk jantan atau dua dan tiga jantan. Bila induk jantan berukuran besar cukup satu banding satu. Namun, perbandingan ini cukup beresiko. Jika induk jantan tersebut tidak mengeluarkan sperma, maka pemijahan gagal dilakukan. Pemilihan varietas induk jantan dan betina sangat mempengaruhi varietas benih yang akan dihasilkan. Maka, jika ingin menghasilkan varietas anak tertentu harus mengetahui kombinasi yang tepat antara varietas jantan dan betinanya. Agung Koi Farm mengetahui kombinasi tersebut berdasarkan trial and error dan pengalaman dari petani lainnya.
a) persiapan induk dan penyuntikan ovaprim
Induk
yang telah terpilih kemudian dimasukkan ke kolam pemijahan. Induk betina showa
sansoku berat 1,8 kg dengan jantan : showa sansoku (1:1).
Induk betina di
masukan ke dalam sterefom dan ditetesi
detol sampai lemas, kemudian disuntik dengan ovaprim pukul 16:00 WIB.
Perhitungan dosis ovaprim yang diberikan
yaitu (0,3 x berat bobot ikan). jadi untuk induk showa sansoku diberikan dosis
0,5 ml.
induk akan memijah pada
saat menjelang tengah malam (antara pukul 22 malam) hingga fajar (sekitar pukul
4 sampai 5 pagi). Tingkah laku pemijahan ikan koi tidak berbeda dengan ikan mas
biasa. Sejak induk dimasukkan ke dalam kolam pemijahan, induk jantan akan
langsung mengejar-ngejar dan menempelkan badannya pada induk betina.
induk betina yang
memiliki respons baik, saat pemijahan akan berenang ke
arah substrat sembari melepaskan telurnya, lalu diikuti induk jantan di belakangnya sembari mengeluarkan sperma. Telur yang keluar tadi akan menempel pada substrat. Kejar-kejaran ini berlangsung terus hingga pemijahan selesai, sekitar pukul 4 sampai 5 pagi. Induk yang selesai memijah akan berhenti berkejar-kejaran dan berenang ke tepi kolam. Kolam akan berbau amis hasil dari pemijahan. Perut induk betina juga akan terlihat mengempis. Bila pemijahan telah selesai, induk harus segera diangkat dan dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk karena dikhawatirkan induk akan memakan telurnya sendiri.
arah substrat sembari melepaskan telurnya, lalu diikuti induk jantan di belakangnya sembari mengeluarkan sperma. Telur yang keluar tadi akan menempel pada substrat. Kejar-kejaran ini berlangsung terus hingga pemijahan selesai, sekitar pukul 4 sampai 5 pagi. Induk yang selesai memijah akan berhenti berkejar-kejaran dan berenang ke tepi kolam. Kolam akan berbau amis hasil dari pemijahan. Perut induk betina juga akan terlihat mengempis. Bila pemijahan telah selesai, induk harus segera diangkat dan dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk karena dikhawatirkan induk akan memakan telurnya sendiri.
b ) setelah pemijahan selesai dan telur
terlihat menempel di substrat.
4.4.3 Perhitungan dan Penetasan Telur
Penghitungan dan
pemanenan telur tidak dilakukan karena telur yang telah
dibuahi akan dibiarkan di kolam pemijahan hingga menetas menjadi larva.
Ketinggian air dinaikkan menjadi 60 cm.
dibuahi akan dibiarkan di kolam pemijahan hingga menetas menjadi larva.
Ketinggian air dinaikkan menjadi 60 cm.
4.5 Penetasan Telur
4.5.1 Persiapan Wadah
Penetasan telur
dilakukan di kolam pemijahan. Jadi, setelah induk selesai
memijah, telur dibiarkan di kolam tersebut hingga menetas dan setiap pagi inlet air dibuka (digerojok) untuk menambah oksigen terlarut dalam air kolam.
memijah, telur dibiarkan di kolam tersebut hingga menetas dan setiap pagi inlet air dibuka (digerojok) untuk menambah oksigen terlarut dalam air kolam.
4.5.2 Inkubasi Telur
Telur akan menetas
setelah 2 atau 3 hari, tergantung dari suhu lingkungan.
Bila suhu cenderung hangat, maka telur akan cepat menetas (2 hari). Suhu air
yang tinggi beresiko mengakibatkan telur mati atau membusuk. Sedangkan bila suhu dingin, telur akan lebih lama menetas (sekitar 3 hari atau lebih). Sehingga
suhu yang stabil sangat berpengaruh pada keberhasilan penetasan telur.
Bila suhu cenderung hangat, maka telur akan cepat menetas (2 hari). Suhu air
yang tinggi beresiko mengakibatkan telur mati atau membusuk. Sedangkan bila suhu dingin, telur akan lebih lama menetas (sekitar 3 hari atau lebih). Sehingga
suhu yang stabil sangat berpengaruh pada keberhasilan penetasan telur.
4.5.3 Penghitungan
Derajat Penetasan Telur dan Pemanenan Larva
Telur menetas setalah 2
hari pada pukul 3 pagi. Derajat penetasan telur tidak dapat diketahui karena
tidak dilakukan penghitungan secara pasti. Namun menurut Pak Agung dari 100% telur yang ada, 10% tidak menetas.
Larva dibesarkan dalam bak pemijahan sampai umur ± 10 hari hingga menjadi benih
yang siap didederkan dalam kolam sawah pendederan.
4.6 Perawatan Larva
Larva yang baru menetas
langsung dipelihara di kolam penetasan
(inkubasi) telur, tidak dipindahkan ke kolam lain. Pemeliharaan larva dilakukan
hingga mencapai umur 10 hari. Setelah pemeliharaan, benih tersebut akan ditebar ke dalam kolam sawah pendederan pertama atau siap dipanen sebagai benih.
(inkubasi) telur, tidak dipindahkan ke kolam lain. Pemeliharaan larva dilakukan
hingga mencapai umur 10 hari. Setelah pemeliharaan, benih tersebut akan ditebar ke dalam kolam sawah pendederan pertama atau siap dipanen sebagai benih.
4.6.1
Pemberian Pakan
Larva tidak diberi
pakan dari luar hingga kuning telur habis (± umur 2-3 hari).
Pada umur 3-8 hari
larva tersebut sudah definitif dan dapat dikatakan sebagai benih. benih sudah
diberi pakan mulai umur 2 hari berupa kuning telur bebek setiap 2 hari sekali.
Pemberian pakan ini dilakukan dengan mencampur 1 butir kuning telur yang sudah
direbus dengan 4 liter air pada setiap kolam, kuning telur dihancurkan sampai
halus dan membentuk campuran. Kemudian campuran air dengan kuning telur
tersebut disebarkan ke dalam kolam pemeliharaan benih secara merata.
Pada umur 4-5 hari
benih (hingga panen) diberi pakan berupa cacing sutera dan kuning telur, umur
6-10 diberikan pakan cacing sutera saja secara ad-libitum. Penambahan
cacing sutera dilakukan setiap harinya.
o
Jadwal pemberian
pakan benih:
Hari
|
Jenis Pakan
|
Jumlah
Pemberian Pakan Perkolam
|
Waktu
Pemberian Pakan
|
1.
|
Kuning
telur
|
1
butir
|
07:30
& 16:00
|
2.
|
Kuning
telur
|
1
butir
|
07:30
& 16:00
|
3.
|
Kuning
telur
|
1
butir
|
07:30
& 16:00
|
4.
|
Kuning
telur & cacing sutera
|
1
butir kuning telur & 4 kaleng susu
|
07:30
& 16:00
|
5.
|
Cacing
sutera & cacing sutera
|
1
butir kuning telur & 4 kaleng susu
|
07:30
& 16:00
|
6.
|
Cacing
sutera
|
4
kaleng susu
|
08:00
|
7.
|
Cacing
sutera
|
5
kaleng susu
|
08:00
|
8.
|
Cacing
sutera
|
6
kaleng susu
|
08:00
|
9.
|
Cacing
sutera
|
7
kaleng susu
|
08:00
|
10.
|
Cacing
sutera
|
8
kaleng susu
|
08:00
|
a) pemberian
pakan telur & cacing sutera pada larva
4.6.2
Pengelolaan Kualitas Air
Wadah
pemeliharaan larva adalah wadah yang sama dengan kolam pemijahan dan inkubasi
telur. Jadi, sejak pemijahan hingga pemeliharaan larva dilakukan penggerojokan
(penambahan air) setiap paginya, dimana berfungsi untuk menambah kadar oksigen
terlarut dan menjaga sirkulasi air.
4.6.3 Hama
dan Penyakit Pada Pemeliharaan Larva dan Benih
Hama
yang menjadi pengganggu pada pemeliharaan telur hingga larva antara lain larva
capung, keong, kecebong dan kodok
bangkok. Kecebong yang menjadi hama selama pemeliharaan larva berasal dari sisa
benih siklus sebelumnya yang tertinggal setelah proses pembersihan wadah atau
masuk bersama enceng gondok. Penanggulangannya adalah dengan mengeluarkan
hama-hama tersebut menggunakan serok atau dengan menggunakan obat lybacid (15
tetes) untuk membunuh larva capung.
Menurut
Dart dan Iwan (2006), ukuran larva capung atau dragon-fly larvae (Odonata
sp.) dapat mencapai 2 cm. Biasanya larva ini masuk kolam bersama
dengan tanaman air karena tempat persembunyiannya di akar tanaman atau terbenam
dalam kotoran kolam. Makanannya berupa larva ikan sehingga sangat merugikan.
a) hama uncet b) obat
lybacid c) katak bangkong
4.6.4
Pemanenan Benih
Setelah
pemeliharaan selama + 10 hari, benih telah mencapai panjang rata-rata 1 cm.
Pada saat itulah dilakukan pemanenan benih. Pemanenan benih dilakukan pada pagi
hari. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan serok berbentuk segitiga dan
memiliki salah satu sisi yang melebar. Selain serok tersebut, digunakan pula
serok berukuran lebih kecil dengan ukuran jaring 0,5 mm sampai 1 mikron.
Proses
pemanenan dilakukan dengan menyeser seluruh benih yang terdapat di dalam kolam
pembenihan menggunakan serok, lalu benih tersebut dimasukkan ke dalam ember
untuk dilakukan perhitungan benih. Setelah itu dapat
dibawa langsung atau dipindahkan ke dalam plastik packing terlebih
dahulu sebelum diangkut ke kolam pendederan untuk dipelihara lebih lanjut.
a) pengambilan
larva b)
perhitungan sampel
4.6.5
Pengepakan dan Transportasi Benih
benih
ikan koi yang akan ditebar ke dalam kolam pendederan dilakukan pada pagi hari
untuk mencegah terjadinya stres suhu pada benih. Benih yang sudah siap di tebar
ke dalam kolam pendederan dibawa dengan plastik packing biasa atau
langsung dibawa menggunakan ember. Jarak pengangkutan dari kolam pemeliharaan
larva ke kolam pendederan tidak jauh dari kolam pembenihan, sehingga tidak
memerlukan perlakuan khusus.
4.7 Pendederan
ü Persiapan kolam
Kolam pendederan ikan
koi harus subur. Pada kolam yang subur tumbuh pakan alami dengan beragam jenis,
dan ukuran serta jumlah yang melimpah. Pakan alami sangat penting untuk
kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih, hingga kelangsungan hidupnya tinggi
dan pertumbuhannya cepat.
Persiapan kolam
pendederan terdiri dari pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah
dasar, serta pengairan.
ü Pengeringan
Pengeringan dilakukan
dengan cara membuang seluruh air kolam. Kolam dibiarkan terjemur sinar
matahari selama 1 hari.
Pengeringan bertujuan
untuk memberantas hama dan penyakit, memperbaiki struktur tanah dasar dan
membuang gas-gas beracun. Selain itu juga untuk mempermudah per-baikan
pematang, pengolahan tanah.
ü Perbaikan
pematang
Perbaikan pematang
dilakukan dengan cara menutup seluruh permukaan pematang dengan tanah dasar,
agar semua bocoran dalam pematang tertutup.
Perbaikan pematang
bertujuan agar kolam sawah terbebas dari bocoran, sehingga bila diisi air,
ketinggian air dan kesuburannya dapat dipertahankan. Kondisi ini sangat baik
untuk benih, karena pakan alami selalu tersedia dan benih tidak mudah keluar
akibat arus air.
ü Pengolahan tanah
dasar
Pengolahan tanah dasar
dilakukan dengan mencangkul seluruh bagian dasar kolam, tapi tidak terlalu
dalam. Tujuannya agar tanah dasar kedap air, strukturnya baik dan higenis.
Tanah dasar yang kedap dapat menahan air dan tidak porous.
Struktur tanah yang
baik dapat memperlancar proses penguraian bahan organic (pupuk), sehingga pakan
alami tumbuh dengan baik. Higenis artinya tanah dasar terbebas dari gas-gas
beracun, seperti amoniak, belerang dan lain-lain.
Penebaran larva atau
benih dilakukan pagi hari, saat suhu air rendah, yaitu antara pukul 06.00 –
07.00. Tujuannya agar larva atau benih tidak stress akibat suhu tinggi. Larva
atau benih yang ditebar terlalu siang bisa strees akibat kepanasan.
Padat tebar setiap
tahapan pendederan berbeda-beda, tergantung dari ukuran dan umur benih.
4.7.1 Pendederan I
Pada pendederan
pertama, benih berumur 10 hari dari kolam pemelihara. Benih ditebar dengan
kepadatan 50 ekor/m², dengan luas kolam sawah 20 x 20 m, benih yang ditebar
1000 ekor. Pemberian pakan tambahan berupa pellet (merk Fengli 1) 2x sehari
pukul 08:00 WIB dan 16:00 WIB. Setelah berumur 25 hari benih di seleksi. Benih
yang lulus seleksi pertama berjumlah 642 ekor selanjutnya di masukan ke kolam
pendederan 2 dan benih yang tidak lulus seleksi berjumlah 340 ekor disebut
kropyok akan dijual pada pengepul. Panjang rata-rata benih 2-3 cm.
642 ekor (Benih lulus seleksi) + 340
ekor (benih tidak lulus seleksi) = 982 ekor (jumlah total benih di panen), jadi
ada 18 ekor benih yang hilang dari 1000 ekor jumlah tebar awal.
Ciri-ciri benih yang
lulus seleksi:
·
Tubuh serta
siripnya normal, tidak cacat
·
Warna tubuh
telah terlihat, sesuai dengan varietasnya
·
Warna putih,
merah, hitam atau kuning terlihat jelas, tidak tercampu dengan warna lain.
4.7.2 Pendederan II
Pendederan kedua dengan padat tebar 46
ekor/m² dengan jumlah benih koi yang akan di tebar 642 ekor, perlakuan sama
seperti pendederan pertama hanya pakan yang digunakan berbeda yaitu menggunakan
optimax al 622. Setelah 25 hari benih di seleksi. Benih yang lulus seleksi 2
berjumlah 387 ekor selanjutnya di masukan ke kolam pendederan 3 dan benih yang
tidak lulus seleksi berjumlah 239 ekor. Panjang rata-rata benih 5-6 cm.
Jumlah seluruh benih
yang dipanen 626 ekor dari jumlah tebar awal 642 ekor, jadi ada 16 ekor yang
hilang.
4.7.3 Pendederan III
Pendederan ketiga
dengan padat tebar 27 ekor/m² dengan jumlah benih koi 387 ekor/m². Perlakuannya
sama seperti pendederan kedua. Setelah 25 hari atau waktu pendederan ketiga
selesai, benih di panen dan diseleksi selanjutnya dijual, beberapa yang
kualitasnya bagus akan dibesarkan sendiri untuk dipersiapkan kontes atau untuk
indukan.
Benih yang lulus
seleksi 3 berjumlah 147 ekor dan yang tidak lulus seleksi berjumlah 231 ekor.
Panjang rata-rata 9-10 cm.
Jumlah seluruh benih
yang dipanen 378 ekor dari jumlah benih tebar awal 387 ekor, jadi ada 9 ekor
yang hilang.
4.8 Pengontrolan
Pengontrolan dilakukan
setiap hari untuk melihat keadaan kolam sawah. Waktunya bisa bersamaan dengan
pemberian pakan pelet. Saat pengontrolan keadaannya harus diamati dengan
cermat, agar setiap kejadian dapat segera ditangani.
Bila ada bocoran pada
pematang, segera diperbaiki agar ketinggian air dapat dipertahankan dan larva
atau benih tidak terbawa arus air.
Setiap satu minggu
sekali dilakukan penyiponan lumut maupun dedaunan yang mengotori kolam sawah.
4.9 Pemanenan
Pemanenan benih
dilakukan saat benih berumur 75 hari atau setelah pendederan ke 3 selesai.
Caranya adalah dengan mengeringkan air kolam sawah, yaitu dengan membuka
penyumbat outlet yang diberi saringan agar benih tidak terbawa terbuang.
Sambil menunggu air
kolam surut, benih sedikit demi sedikit ditangkap dengan saringan, dimasukan
dalam ember, kemudian ditampung dalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat
panen.
Ukuran rata-rata benih
yang dihasilkan dari pendederan satu berukuruan 2 – 3 cm. pendederan dua 5 – 6
cm, dan pendederan ke tiga 9-10 cm.
Jumlah
benih lulus seleksi yang berhasil dipanen
dari pendederan I sampai pendederan III 147 ekor ikan koi, sisanya tidak lulus
seleksi 957 ekor dan 43 ekor hilang dari jumlah awal tebar benih 1000
ekor,survival rate 95,7%.
BAB
V
SIMPULAN
5.1 Simpulan
1. Proses
pemijahan ikan koi dapat dilakukan dengan pemijahan alami dan semi alami dengan
bantuan rangsangan ovaprim. Pada magang yang dilakukan pemijahan ikan koi
dilakukan secara semi alami.
2. Perawatan
larva setelah menetas selama 10 hari, dengan
pemberian pakan kuning telur bebek yang direbus, pada larva ikan umur 2 – 3 hari, umur
4-5 hari pemberian pakan menggunakan kuning telur dan cacing sutera dan umur
6-10 pemberian cacing sutera, waktu pemberian pakan 07:30 dan 16:00. Kemudian dimasukan ke kolam pendederan,
pendederan dilakukan selama 75 hari, selama 25 hari sekali dilakukan seleksi
benih selama 3x.
3.
Sarana dan prasarana pemijahan dan pendederan ikan koi :
Kolam Pemijahan dan penetasan, Kolam Terpal Pendederan. Kolam sawah indukan,
Sumber Air, Sistem Aerasi. Prasarana penunjang : Kolam karantina dan
pemeberokan, Kendaraan (1 unit mobil dan 3 unit motor), Kolam filter, Gudang
pakan, Gudang obat – obatan. Sarana pendukung : Ember, Seser, Jaring,
steroform, Air pump, Tabung oksigen.
4.
Permasalahan pembenihan dan pendederan ikan koi : Penanganan dan pengobatan
benih koi yang terserang penyakit Pada kolam sawah pendederan sangat sulit
dilakukan, Masuknya air pada kolam sawah tidak terkontrol, Pengunaan alat-alat
tidak steril, penggunaan bahan kimia dan pestisida yang berbahaya dalam
melakukan kegiatan budidaya dan pemberantasan hama, antara lain : lebaycid,
bassa, detol dan inrofloxs-25.
5.2 Saran
1.
Selang aerator dan batu aerasi pada
beberapa kolam perlu di ganti karena banyak yang mampet dan tidak berfungsi.
2.
Pada kolam pemijahan, penetasan,
pemeliharaan larva, karantina dan penampungan sebaiknya kolam di tutupi
menggunakan jaring agar lebih steril dan untuk meminimalisir masuknya penyakit
dari luar kolam.
3.
perlu penambahan peralatan lain
seperti timbangan dan termometer disamping mempermudah pekerjaan, juga membantu
mahasiswa yang magang agar penulisan data-data valid.
4.
Jangan menggunakan obat-obatan dan bahan kimia berbahaya seperti lebaycid,
detol, bassa, dan inrofloxs-25 untuk kegiatan pemijahan dan pendederan ikan
koi.
DAFTAR PUSTAKA
Edowart, Sitorus. Pengaruh Pestisida
Terhadap Lingkungan. http://edowart-ferdiansyah.blogspot.com/2011/02/pengaruh-pestisida-terhadap-lingkungan-html
(diakses pada minggu,17 Juli 2016).
Effendy, Hersanto. 1993. Mengenal
Beberapa Jenis Koi. Kanisius. Yogyakarta
Khairruman, dkk. 2000. Budidaya
Ikan Mas Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Subang.
KKP.
2010. Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010-2014.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 84 hal.
KKP, 2014. Statistik Ditjen Perikanan Budidaya KKP
2014. Produksi air tawar
Lesmana D.S., 2007. Reproduksi Dan Pembenihan Ikan
Hias Air Tawar. Loka
Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar Pusat
Riset Perikanan Budidaya
BRKP Jakarta
Narbuko, C dan Achmadi.
2001. Metode Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta.
Nazir, M. 1985. Metodologi Penelitian. Ghalia. Jakarta
Nazir, M. 1985. Metodologi Penelitian. Ghalia. Jakarta
Prihartono, Eko. 2004. Permasalahan Ikan
Koi dan Solusinya.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Subagyo, M. 1991. Metode
Penelitian dalam Teori dan Praktek. Bumi Aksara. Jakarta.
Suryabrata. 1997. Metode
Penelitian. Raya Grafindo Persada. Jakarta
Susanto, Heru. 2000. Koi.
Penebar Swadaya. Cipondoh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar