Minggu, 14 Oktober 2018

TEKNIK PEMIJAHAN DAN PENDEDERAN IKAN KOI CYPRINUS CARPIO


TEKNIK PEMIJAHAN DAN PENDEDERAN IKAN KOI (Cyprinus carpio) DI “AGUNG KOI FARM” KEDIRI - JAWA TIMUR

 


LAPORAN MAGANG
Oleh :

UMAM ARIFIN
NPM. 0310067111


PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
                                                                 2016


DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING MAGANG....................             i
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI MAGANG.............................             ii
RINGKASAN..............................................................................................             iii
PRAKATA...................................................................................................             iv
DAFTAR ISI................................................................................................             v
BAB I              PENDAHULUAN
                          1.1 Latar Belakang................................. ..............................            1
                          1.2 Tujuan……................................................................... ..            2
                          1.3 Manfaat..........................................................................             2
BAB II              TINJAUAN PUSTAKA
                           2.1 Biologi Ikan Koi ...........................................................             3
                           2.2 Persyaratan Lokasi........................................................             5
                           2.3 Sarana dan Prasarana Pembenihan ...............................             6
                           2.4  Pemeliharaan Induk .....................................................             6         
                           2.5 Perawatan Larva ...........................................................             11
BAB III             METODE DAN MATERI
                           3.1  Waktu dan Tempat.......................................................             15
                           3.2  Alat dan Bahan............................................................             16
                           3.3  Sarana dan Prasarana Pemijahan dan Pendederan.......             17
                           3.4 Permasalahan Pemijahan dan Pendederan Ikan Koi.....             18
                           3.5  Metode Pengumpulan Data..........................................             20
                           3.6  Metode Analisis Data ................................................. .            20
BAB IV             HASIL DAN PEMBAHASAN
                           4.1 Lokasi Unit Usaha.........................................................             21
                           4.2  Fasilitas Fisik................................................................             21
                           4.3 Fasilitas Utama..............................................................             21
                           4.4 Teknik Pemijahan..........................................................             27
                           4.5 Penetasan Telur.............................................................             30
                           4.6 Perawatan Larva............................................................             31
                           4.7 Pendederan....................................................................             34
                           4.8 Pengontrolan.................................................................             37
                           4.9 Pemanenan....................................................................             37
BAB V               SIMPULAN
                           5.1 Simpulan........................................................................             38
                           5.2 Saran..............................................................................             39
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................               40
LAMPIRAN     .............................................................................................             41


BAB III
METODE DAN MATERI

3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan magang ini dilaksanakan pada tanggal 8 Januari – 25 Januari 2016 dan bertempat di “Agung Koi Farm”, yang terletak di Desa Karanganyar, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Komoditas pembenihan yang dipilih adalah ikan koi dengan varietas yang
dominan dibudidayakan adalah jenis Kohaku,Showa dan Sanke.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam mgang ini adalah:
Tabel. Nama dan fungsi Alat yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan
No
Nama alat
Fungsi/kegunaan
1.
Selang aerasi
Saluran suplai oksigen ke dalam wadah aquarium atau kolam dari aerator
2.
Aerator
Sumber oksigen
3.
Serok
Alat untuk mengumpulkan telur, larva dan mengambil indukan
4.
Ember
Alat untuk menampung air
5.
Kakaban
Tempat menempelnya telur ikan
6.
Alat tulis
Alat untuk mencatat kegiatan penelitian
7.
Kemera
Alat untuk dokumentasi kegiatan penelitian

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan adalah :
Tabel. Nama dan fungsi bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan.
No
Bahan
Fungsi/kegunaan
1.
Induk betina
Bahan perlakuan praktek
2.
Induk jantan
Bahan perlakuan praktek
3.
Air Tawar
Media hidup ikan koi
4.
Pellet
Pakan ikan (buatan)
5.
Cacing sutera
Pakan larva umur 3 sampai 10 hari
6.
Telur
Pakan larva umur 1 sampai 2

 3.3 Sarana dan Prasarana Pemijahan dan Pendederan
3.3.1 Prasarana Pokok
  • Kolam Pemijahan dan penetasan
Kolam pemijahan dan kolam penetasan adalah kolam yang digunakan untuk memijahkan indukan ikan koi dan tempat menetaskan telur ikan koi.
  • Kolam Terpal Pendederan
Kolam terpal pendederan adalah tempat pembesaran larva ikan koi.
  • Kolam sawah indukan
Kolam sawah indukan adalah tempat pemeliharaan indukan.
  • Sumber Air
Air yang digunakan kegiatan pemijahan dan pendederan berasal dari sungai dan sumur.
            Air yang berasal dari sungai langsung dialirkan ke kolam terpal dan air yang berasal dari tanah/air sumur ditampung di tendon kemudian dialirkan ke kolam pemijahan dan penetasan.
  • Sistem Aerasi
Sumber aerasi yang digunakan untuk kegiatan pemijahan dan pendederan yaitu menggunakan aerator.

3.3.2 Prasarana Penunjang


  • Kolam karantina dan pemeberokan
  • Kendaraan (1 unit mobil dan 3 unit motor)
  • Kolam filter
  • Gudang pakan
  • Gudang obat - obatan



3.3.3 Sarana Pendukung


  • Air pump
  • Tabung oksigen
  • Ember
  • Seser
  • Jaring
  • steroform


3.4 Permasalahan Pembenihan dan Pendederan Ikan koi
            Permasalahan dalam pembenihan dan pendederan ikan koi di
Agung Koi Farm sebagai berikut:
3.4.1        Penanganan dan pengobatan benih koi yang terserang penyakit Pada kolam sawah pendederan sangat sulit dilakukan.
3.4.2        Masuknya air pada kolam sawah tidak terkontrol karena sumber airnya dari saluran irigasi.
3.4.3        Pengunaan alat-alat tidak steril. Alat-alat yang habis dipakai tidak dibersihkan lagi, langsung digunakan pada kegiatan budidaya ikan koi.
3.4.4        penggunaan bahan kimia dan pestisida yang berbahaya dalam melakukan kegiatan budidaya dan pemberantasan hama, antara lain : lebaycid, bassa, detol dan inrofloxs-25.
·         Detol digunakan untuk meminsankan atau menenangkan ikan koi yang akan di suntik ovaprim pada proses pemijahan dan untuk diambil gambarnya.
·         Lebaycid dan bassa digunakan untuk memberantas hama pada kolam beton.
·         Infroloxs-25 digunakan untuk sterilisasi pakan alami cacing sutera.
Kerugian dan bahaya penggunaan pestisida lambat laun menjadi jelas, antara lain: dari waktu ke waktu, hama menjadi kebal terhadap pestisida. Pestisida bukan hanya pembunuh organisme yang menyebabkan kerusakan pada tanaman, namun juga membunuh organisme yang berguna seperti musuh alami hama. Serangga hama primer dan sekunder bisa meningkat setelah pestisida membunuh musuh alami hama. Pestisida yang tidak mudah terurai, akan terserap dalam rantai makanan dan sangat membahayakan seranggga, hewan pemakan serangga, burung pemangsa, dan pada akhirnya manusia (Sukoco, 1999).
Dampak tarhadap manusia apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan perlindungan dan perawatan kesehatan, orang yang sering berhubungan dengan pestisida, secara lambat laun akan mempengaruhi kesehatannya.
Pestisida sebagai bahan beracun, termasuk bahan pencemar yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Pencemaran dapat terjadi karena pestisida menyebar melalui angin, melalui aliran air dan terbawa melalui tubuh organisme yang dikenainya. Residu pestisida sintesis sangat sulit terurai secara alami. Bahkan untuk beberapa jenis pestisida, residunya dapat bertahan hingga puluhan tahun. Saat ini residu pestisida hampir ditemukan di setiap tempat di lingkungan sekitar. Kondisi ini secara tidak langsung dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap  organisme bukan sasaran. Oleh karena sifatnya yang beracun serta relatif persisten di lingkungan, maka residu yang ditinggalkan pada lingkungan menjadi masalah.
Kadar pestisida yang tinggi dapat menimbulkan kematian organisme akuatik secara langsung (keracunan akut) yaitu kontak langsung atau melalui jasad lainnya seperti plankton, perifiton dan bentos, sedangkan kadar rendah dalam badan air kemungkinan besar menyebabkan kematian organisme dalam waktu yang lama yaitu akibat akumulasi pestisida dalam organ tubuhnya.
Kerugian pengunaan pestisida pada budidaya ikan koi adalah berpengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan. Pencemaran pestisida terjadi karena adanya residu yang tertinggal di lingkungan fisik dan biotis disekitar kita. Dan  menyebabkan kualitas lingkungan hidup manusia semakin menurun. Tiga dampak buruk penggunaan pestisida, khususnya yang mempengaruhi peningkatan perkembangan populasi hama yaitu munculnya ketahanan hama terhadap pestisida, resurgensi hama, ledakan populasi hama sekunder (Sukoco, 1999).
Menurut Khairruman (2000), prasarana pokok yang harus ada adalah kolam pemijahan atau kolam penetasan, kolam pemeliharaan induk, dan kolam penampungan benih. Prasarana penunjangnya adalah kolam pemberokan, kolam sedimentasi, kolam penyaringan, kolam pemeliharaan ikan donor, kolam penampungan hasil, gudang pupuk, gudang pakan, gudang kimia dan obat – obatan. Prasarana pelengkapnya adalah kantor, perumahan karyawan, toilet, ruang istirahat, dan rumah jaga. Sementara itu prasarana yang paling mutlak adalah sumber air. Adapun sarana – sarananya yaitu seperti, seser, ember, jaring.



3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam magang  ini metode survey dan observasi yaitu peninjauan dan melaksanakan kerja secara langsung di lapangan. Wawancara dengan pembimbing lapangan.
Data yang dikumpulkan berupa :
1.    Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung melalui wawancara, praktek dan pengamatan langsung di lapangan.
2.    Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait dan melalui studi literature yang berhubungan dengan magang yang dilaksanakan.

3.6 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari teknis lapangan/ data sekunder maupun Primer dibahas secara deskriptif komperatif yaitu dengan menggambarkan dan menguraikan tentang teknik pemijahan dan pendederan ikan koi (Cyprinus carpio) yang dilakukan “Agung Koi Farm” di Kediri, Jawa Timur di serta menjelaskan semua data yang diperoleh selama mengikuti kegiatan praktek dengan membandingkan data dari hasil praktek dan materi atau literature yang ada.


                                                                         BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1  Lokasi Unit Usaha
Agung koi farm yang dimiliki oleh Agung Wibowo berlokasi di Karanganyar Kecamatan Wates, Kota Kediri, Jawa Timur. Kolam beton disekeliling rumahnya berjumlah 21 buah diantaranya kolam pemijahan, perawatan larva, karantina dan penampungan. Kolam sawah untuk pendederan, pembesaran dan pemeliharaan indukan cukup banyak ada di beberapa tempat, salah satunya berada di belakang rumah di sampingya terdapat saluran irigasi dan di bawahnya terdapat sungai.

1.2  Fasilitas Fisik
Usaha budidaya Agung Koi Farm memiliki berbagai fasilitas fisik untuk menunjang kegiatan produksi. Fasilitas fisik ini dibagi menjadi dua, yaitu
fasilitas utama dan fasilitas penunjang. Fasilitas utama terdiri atas kolam
pemeliharaan induk, kolam pemijahan induk, kolam pendederan larva, sumur,
tandon air, pompa air, saluran irigasi, serta perlengkapan dan peralatan
budidaya. Sedangkan fasilitas penunjang yang ada antara lain, sumber energi
utama berupa listrik PLN, sarana transportasi (motor dan mobil), peralatan
budidaya, penjual pakan (cacing sutera dan pakan buatan), plastik, tabung oksigen, obat-obatan, dan lain-lain.

4.3  Fasilitas Utama
4.3.1  Wadah
Kolam yang digunakan dalam usaha budidaya ikan koi terbagi menjadi tiga, yaitu kolam pemeliharaan induk, pemijahan induk (yang juga berfungsi sebagai kolam inkubasi telur dan pemeliharaan larva), serta kolam pendederan dan
pembesaran, kolam karantina. Berdasarkan konstruksi, kolam yang digunakan untuk
budidaya ikan koi, terdapat dua jenis Agung Koi Farm, yaitu kolam tanah dan kolam beton. Kolam beton digunakan untuk kegiatan pemijahan induk, inkubasi telur, pemeliharaan larva, pemberokan, persiapan packing, karantina ikan, dan pemeliharaan ikan unggulan (kolam filter). Kolam beton tersebut terletak di pekarangan berjumlah 21 petak.
Kolam pemeliharaan induk ditempatkan di area persawahan yang lahannya
terbuka. Kolam tanah yang terletak di belakang rumah Bapak Agung berjumlah 8 petak. Dimana masing-masing diisi nener (mulai umur 10 hari – 1 bulan tebar), dan indukan. Dasar kolam tanah berlumpur.

4.3.2  Sistem Suplai Air
Suplai air untuk kolam di pekarangan rumah bersumber dari air tanah
(sumur) yang dipompa dengan pompa air kemudian ditampung
pada tandon yang terbuat dari semen, jika air tandon hampir habis maka pompa air akan mengisi air pada tandon secara otomatis. Kemudian dialirkan ke dalam kolam melalui paralon air (inlet) yang terdapat dimasing-masing kolam beton. Air tandon juga digunakan untuk kebutuhan memcuci peralatan budidaya dan lain-lain. Sedangkan suplai air untuk kolam pendederan, kolam pembesaran dan kolam induk di sawah adalah air dari saluran irigasi. Air irigasi juga digunakan oleh para petani untuk pengairan sawah dan ladang. Sedangkan air pembuangan dari kolam beton mengalir menuju sungai, begitu juga dengan kolam sawah/tanah.
Description: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG YUDI KOI FARM\EVERNOTE\IMG_20160122_055152.028.jpgDescription: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG YUDI KOI FARM\EVERNOTE\IMG_20160110_055459.788.jpg
(a)    tendon air dan saluran pembuangan kolam beton.

4.3.3  Sistem Aerasi
            Aerasi hanya diberikan pada kolam beton (kolam karantina, penetasan dan pemeliharaan larva, dan pemijahan). Aerasi yang digunakan adalah air pump 9(LP-60).
Terdapat 4 buah air pump.

4.3.4 Fasilitas Pendukung
4.3.4.1 Kendaraan, Bangunan, dan Sumber Energi
Kendaraan yang dimiliki antara lain 1 unit mobil Toyota Kijang dan 3 unit motor (Yamaha Vega dan Mio J, Honda Karisma) Kendaraan tersebut digunakan untuk transportasi ikan, tetapi sewaktu-waktu digunakan pula untuk keperluan pribadi. Terdapat bangunan  packing dan seleksi ukuran dan warna sebelum dipasarkan, dimana juga berfungsi untuk menyimpan perlengkapan usaha budidaya. Sumber energi utama usaha produksi perbenihan ikan koi ini adalah energi listrik dari PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan daya 900 W. Listrik tersebut digunakan untuk menghidupkan air pump, pompa air, dan lampu penerangan.
Description: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG YUDI KOI FARM\EVERNOTE\IMG_20160122_055355.130.jpgDescription: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG YUDI KOI FARM\IMG_24012016_065825.jpg
(a)    box listrik dan tempat packing serta penyimpanan peralatan.

Description: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG YUDI KOI FARM\IMG_25012016_102028.jpgDescription: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG YUDI KOI FARM\IMG_24012016_065759.jpg
Description: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG YUDI KOI FARM\IMG_24012016_065813.jpgDescription: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG YUDI KOI FARM\EVERNOTE\IMG_20160122_054803.582.jpg
(b) kendaraan oprasional dan tabung oksigen

4.3.4.2 Prasarana Pendukung
Tidak jauh dari lokasi produksi, terdapat penjual eceran, plastik packing, karet. Ada juga penjual cacing sutera yang suplainya didatangkan dari Surabaya. Selain itu terdapat pula toko yang menjual pakan buatan dan obat-obatan.
Description: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG YUDI KOI FARM\EVERNOTE\IMG_20160122_055057.933.jpg  Description: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG YUDI KOI FARM\EVERNOTE\IMG_20160122_055303.917.jpg
Description: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG YUDI KOI FARM\EVERNOTE\IMG_20160122_055317.970.jpg 
(b)   peralatan penunjang

Description: D:\KUMPULAN FOTO-FOTO\agung koi farm\agung koi farm\IMG_0643.JPG  Description: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG YUDI KOI FARM\EVERNOTE\IMG_20160110_074505.098.jpg
(d) cacing sutra dan pakan buah
4.4  Teknik Pemijahan
4.4.1 Persiapan Wadah Pemijahan
Kolam yang digunakan untuk pemijahan yaitu kolam beton yang berukuran 2,5 x 6 m2. Karena indukan betina yang akan dipijahkan ada 2 ekor maka memerlukan 2 petak kolam. Dan 4 kolam lainya dipersiapkan untuk penetasan telur.
Persiapan yang dilakukan yaitu dengan mencampur kaporit ke dalam kolam dan didiamkan selama 24 jam. Setelah itu dikuras dan dibersihkan lalu diisi air kembali dan diberi enceng gondok dan rumput yang diikat dan kolam siap digunakan.

Description: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG YUDI KOI FARM\IMG_24012016_065933.jpg 

Description: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG AGUNG KOI FARM\EVERNOTE\IMG_20160110_055425.674.jpg 
(a)    perendaman kaporit selama 24 jam dan setelah itu dibersihkan (kuras).

4.4.2 Teknik Rangsangan Dan Pemijahan
Proses pemijahan dilakukan dengan 2 sistem, yaitu sistem semi buatan (penyuntikan hormone ovaprim) dan sistem pemijahan alami. Rangsangan pemijahan pada kolam yaitu dengan pemberian sejumlah substrat penempelan telur. Dengan adanya substrat untuk penempelan telur, induk akan terangsang untuk memijah. Substrat yang digunakan adalah eceng gondok dan potongan rumput yang diikat memanjang.
Pemijahan ikan koi dilakukan dengan perbandingan satu ekor induk betina
dengan satu ekor induk jantan atau dua dan tiga jantan. Bila induk jantan berukuran besar cukup satu banding satu. Namun, perbandingan ini cukup beresiko. Jika induk jantan tersebut tidak mengeluarkan sperma, maka pemijahan gagal dilakukan. Pemilihan varietas induk jantan dan betina sangat mempengaruhi varietas benih yang akan dihasilkan. Maka, jika ingin menghasilkan varietas anak tertentu harus mengetahui kombinasi yang tepat antara varietas jantan dan betinanya. Agung Koi Farm mengetahui kombinasi tersebut berdasarkan trial and error dan pengalaman dari petani lainnya.
Description: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG AGUNG KOI FARM\EVERNOTE\IMG_20160109_161328.685.jpgDescription: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG AGUNG KOI FARM\EVERNOTE\IMG_20160109_163300.809.jpg a) persiapan induk dan penyuntikan ovaprim
            Induk yang telah terpilih kemudian dimasukkan ke kolam pemijahan. Induk betina showa sansoku berat 1,8 kg dengan jantan : showa sansoku (1:1).
Induk betina di masukan  ke dalam sterefom dan ditetesi detol sampai lemas, kemudian disuntik dengan ovaprim pukul 16:00 WIB. Perhitungan  dosis ovaprim yang diberikan yaitu (0,3 x berat bobot ikan). jadi untuk induk showa sansoku diberikan dosis 0,5 ml.
induk akan memijah pada saat menjelang tengah malam (antara pukul 22 malam) hingga fajar (sekitar pukul 4 sampai 5 pagi). Tingkah laku pemijahan ikan koi tidak berbeda dengan ikan mas biasa. Sejak induk dimasukkan ke dalam kolam pemijahan, induk jantan akan langsung mengejar-ngejar dan menempelkan badannya pada induk betina.
induk betina yang memiliki respons baik, saat pemijahan akan berenang ke
arah substrat sembari melepaskan telurnya, lalu diikuti induk jantan di belakangnya sembari mengeluarkan sperma. Telur yang keluar tadi akan menempel pada substrat. Kejar-kejaran ini berlangsung terus hingga pemijahan selesai, sekitar pukul 4 sampai 5 pagi. Induk yang selesai memijah akan berhenti berkejar-kejaran dan berenang ke tepi kolam. Kolam akan berbau amis hasil dari pemijahan. Perut induk betina juga akan terlihat mengempis. Bila pemijahan telah selesai, induk harus segera diangkat dan dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk karena dikhawatirkan induk akan memakan telurnya sendiri.
Description: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG AGUNG KOI FARM\EVERNOTE\IMG_20160110_055333.684.jpg Description: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG AGUNG KOI FARM\EVERNOTE\IMG_20160110_055305.336.jpg
b ) setelah pemijahan selesai dan telur terlihat menempel di substrat.

4.4.3    Perhitungan dan Penetasan Telur
Penghitungan dan pemanenan telur tidak dilakukan karena telur yang telah
dibuahi akan dibiarkan di kolam pemijahan hingga menetas menjadi larva.
Ketinggian air dinaikkan menjadi 60 cm.

4.5       Penetasan Telur
4.5.1    Persiapan Wadah
Penetasan telur dilakukan di kolam pemijahan. Jadi, setelah induk selesai
memijah, telur dibiarkan di kolam tersebut hingga menetas dan setiap pagi inlet air dibuka (digerojok) untuk menambah oksigen terlarut dalam air kolam.

4.5.2    Inkubasi Telur
Telur akan menetas setelah 2 atau 3 hari, tergantung dari suhu lingkungan.
Bila suhu cenderung hangat, maka telur akan cepat menetas (2 hari). Suhu air
yang tinggi beresiko mengakibatkan telur mati atau membusuk. Sedangkan bila suhu dingin, telur akan lebih lama menetas (sekitar 3 hari atau lebih). Sehingga
suhu yang stabil sangat berpengaruh pada keberhasilan penetasan telur.

4.5.3    Penghitungan Derajat Penetasan Telur dan Pemanenan Larva
Telur menetas setalah 2 hari pada pukul 3 pagi. Derajat penetasan telur tidak dapat diketahui karena tidak dilakukan penghitungan secara pasti. Namun menurut Pak Agung  dari 100% telur yang ada, 10% tidak menetas. Larva dibesarkan dalam bak pemijahan sampai umur ± 10 hari hingga menjadi benih yang siap didederkan dalam kolam sawah pendederan.

4.6   Perawatan Larva
Larva yang baru menetas langsung dipelihara di kolam penetasan
(inkubasi) telur, tidak dipindahkan ke kolam lain. Pemeliharaan larva dilakukan
hingga mencapai umur 10 hari. Setelah pemeliharaan, benih tersebut akan ditebar ke dalam kolam sawah pendederan pertama atau siap dipanen sebagai benih.

4.6.1  Pemberian Pakan
Larva tidak diberi pakan dari luar hingga kuning telur habis (± umur 2-3 hari).
Pada umur 3-8 hari larva tersebut sudah definitif dan dapat dikatakan sebagai benih. benih sudah diberi pakan mulai umur 2 hari berupa kuning telur bebek setiap 2 hari sekali. Pemberian pakan ini dilakukan dengan mencampur 1 butir kuning telur yang sudah direbus dengan 4 liter air pada setiap kolam, kuning telur dihancurkan sampai halus dan membentuk campuran. Kemudian campuran air dengan kuning telur tersebut disebarkan ke dalam kolam pemeliharaan benih secara merata.
Pada umur 4-5 hari benih (hingga panen) diberi pakan berupa cacing sutera dan kuning telur, umur 6-10 diberikan pakan cacing sutera saja secara ad-libitum. Penambahan cacing sutera dilakukan setiap harinya.


o   Jadwal pemberian pakan benih:
Hari
Jenis Pakan
Jumlah Pemberian Pakan Perkolam
Waktu Pemberian Pakan
1.
Kuning telur
1 butir
07:30 & 16:00
2.
Kuning telur
1 butir
07:30 & 16:00
3.
Kuning telur
1 butir
07:30 & 16:00
4.
Kuning telur & cacing sutera
1 butir kuning telur & 4 kaleng susu
07:30 & 16:00
5.
Cacing sutera & cacing sutera
1 butir kuning telur & 4 kaleng susu
07:30 & 16:00
6.
Cacing sutera
4 kaleng susu
08:00
7.
Cacing sutera
5 kaleng susu
08:00
8.
Cacing sutera
6 kaleng susu
08:00
9.
Cacing sutera
7 kaleng susu
08:00
10.
Cacing sutera
8 kaleng susu
08:00


Description: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG AGUNG KOI FARM\EVERNOTE\IMG_20160113_092338.284.jpg Description: D:\KUMPULAN FOTO-FOTO\agung koi farm\agung koi farm\IMG_0643.JPG
a) pemberian pakan telur & cacing sutera pada larva

4.6.2  Pengelolaan Kualitas Air
Wadah pemeliharaan larva adalah wadah yang sama dengan kolam pemijahan dan inkubasi telur. Jadi, sejak pemijahan hingga pemeliharaan larva dilakukan penggerojokan (penambahan air) setiap paginya, dimana berfungsi untuk menambah kadar oksigen terlarut dan menjaga sirkulasi air.

4.6.3  Hama dan Penyakit Pada Pemeliharaan Larva dan Benih
Hama yang menjadi pengganggu pada pemeliharaan telur hingga larva antara lain larva capung, keong, kecebong dan  kodok bangkok. Kecebong yang menjadi hama selama pemeliharaan larva berasal dari sisa benih siklus sebelumnya yang tertinggal setelah proses pembersihan wadah atau masuk bersama enceng gondok. Penanggulangannya adalah dengan mengeluarkan hama-hama tersebut menggunakan serok atau dengan menggunakan obat lybacid (15 tetes) untuk membunuh larva capung.
Menurut Dart dan Iwan (2006), ukuran larva capung atau dragon-fly larvae (Odonata sp.) dapat mencapai 2 cm. Biasanya larva ini masuk kolam bersama dengan tanaman air karena tempat persembunyiannya di akar tanaman atau terbenam dalam kotoran kolam. Makanannya berupa larva ikan sehingga sangat merugikan.

Description: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG AGUNG KOI FARM\EVERNOTE\IMG_20160120_080032.954.jpgDescription: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG AGUNG KOI FARM\EVERNOTE\IMG_20160120_073135.257.jpg 
   a) hama uncet                       b) obat lybacid                           c) katak bangkong

4.6.4  Pemanenan Benih
Setelah pemeliharaan selama + 10 hari, benih telah mencapai panjang rata-rata 1 cm. Pada saat itulah dilakukan pemanenan benih. Pemanenan benih dilakukan pada pagi hari. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan serok berbentuk segitiga dan memiliki salah satu sisi yang melebar. Selain serok tersebut, digunakan pula serok berukuran lebih kecil dengan ukuran jaring 0,5 mm sampai 1 mikron.
Proses pemanenan dilakukan dengan menyeser seluruh benih yang terdapat di dalam kolam pembenihan menggunakan serok, lalu benih tersebut dimasukkan ke dalam ember untuk dilakukan perhitungan benih. Setelah itu dapat dibawa langsung atau dipindahkan ke dalam plastik packing terlebih dahulu sebelum diangkut ke kolam pendederan untuk dipelihara lebih lanjut.
Description: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG AGUNG KOI FARM\EVERNOTE\IMG_20160120_072227.139.jpg Description: D:\THE PICTURES\PRAKTIKUM\SEMESTER 5\MAGANG AGUNG KOI FARM\EVERNOTE\IMG_20160120_063940.204.jpg
a) pengambilan larva                                       b) perhitungan sampel
4.6.5  Pengepakan dan Transportasi Benih
benih ikan koi yang akan ditebar ke dalam kolam pendederan dilakukan pada pagi hari untuk mencegah terjadinya stres suhu pada benih. Benih yang sudah siap di tebar ke dalam kolam pendederan dibawa dengan plastik packing biasa atau langsung dibawa menggunakan ember. Jarak pengangkutan dari kolam pemeliharaan larva ke kolam pendederan tidak jauh dari kolam pembenihan, sehingga tidak memerlukan perlakuan khusus.

4.7  Pendederan
ü  Persiapan kolam
Kolam pendederan ikan koi harus subur. Pada kolam yang subur tumbuh pakan alami dengan beragam jenis, dan ukuran serta jumlah yang melimpah. Pakan alami sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih, hingga kelangsungan hidupnya tinggi dan pertumbuhannya cepat.
Persiapan kolam pendederan terdiri dari pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar, serta pengairan.

ü  Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara membuang seluruh air kolam. Kolam dibiarkan terjemur sinar matahari  selama 1 hari.
Pengeringan bertujuan untuk memberantas hama dan penyakit, memperbaiki struktur tanah dasar dan membuang gas-gas beracun. Selain itu juga untuk mempermudah per-baikan pematang, pengolahan tanah.

ü  Perbaikan pematang
Perbaikan pematang dilakukan dengan cara menutup seluruh permukaan pematang dengan tanah dasar, agar semua bocoran dalam pematang tertutup.
Perbaikan pematang bertujuan agar kolam sawah terbebas dari bocoran, sehingga bila diisi air, ketinggian air dan kesuburannya dapat dipertahankan. Kondisi ini sangat baik untuk benih, karena pakan alami selalu tersedia dan benih tidak mudah keluar akibat arus air.

ü  Pengolahan tanah dasar
Pengolahan tanah dasar dilakukan dengan mencangkul seluruh bagian dasar kolam, tapi tidak terlalu dalam. Tujuannya agar tanah dasar kedap air, strukturnya baik dan higenis. Tanah dasar yang kedap dapat menahan air dan tidak porous.
Struktur tanah yang baik dapat memperlancar proses penguraian bahan organic (pupuk), sehingga pakan alami tumbuh dengan baik. Higenis artinya tanah dasar terbebas dari gas-gas beracun, seperti amoniak, belerang dan lain-lain.
Penebaran larva atau benih dilakukan pagi hari, saat suhu air rendah, yaitu antara pukul 06.00 – 07.00. Tujuannya agar larva atau benih tidak stress akibat suhu tinggi. Larva atau benih yang ditebar terlalu siang bisa strees akibat kepanasan.
Padat tebar setiap tahapan pendederan berbeda-beda, tergantung dari ukuran dan umur benih.

4.7.1  Pendederan I
Pada pendederan pertama, benih berumur 10 hari dari kolam pemelihara. Benih ditebar dengan kepadatan 50 ekor/m², dengan luas kolam sawah 20 x 20 m, benih yang ditebar 1000 ekor. Pemberian pakan tambahan berupa pellet (merk Fengli 1) 2x sehari pukul 08:00 WIB dan 16:00 WIB. Setelah berumur 25 hari benih di seleksi. Benih yang lulus seleksi pertama berjumlah 642 ekor selanjutnya di masukan ke kolam pendederan 2 dan benih yang tidak lulus seleksi berjumlah 340 ekor disebut kropyok akan dijual pada pengepul. Panjang rata-rata benih 2-3 cm.
642 ekor (Benih lulus seleksi) + 340 ekor (benih tidak lulus seleksi) = 982 ekor (jumlah total benih di panen), jadi ada 18 ekor benih yang hilang dari 1000 ekor jumlah tebar awal.
Ciri-ciri benih yang lulus seleksi:
·         Tubuh serta siripnya normal, tidak cacat
·         Warna tubuh telah terlihat, sesuai dengan varietasnya
·         Warna putih, merah, hitam atau kuning terlihat jelas, tidak tercampu dengan warna lain.

4.7.2  Pendederan II
  Pendederan kedua dengan padat tebar 46 ekor/m² dengan jumlah benih koi yang akan di tebar 642 ekor, perlakuan sama seperti pendederan pertama hanya pakan yang digunakan berbeda yaitu menggunakan optimax al 622. Setelah 25 hari benih di seleksi. Benih yang lulus seleksi 2 berjumlah 387 ekor selanjutnya di masukan ke kolam pendederan 3 dan benih yang tidak lulus seleksi berjumlah 239 ekor. Panjang rata-rata benih 5-6 cm.
Jumlah seluruh benih yang dipanen 626 ekor dari jumlah tebar awal 642 ekor, jadi ada 16 ekor yang hilang.

4.7.3  Pendederan III
Pendederan ketiga dengan padat tebar 27 ekor/m² dengan jumlah benih koi 387 ekor/m². Perlakuannya sama seperti pendederan kedua. Setelah 25 hari atau waktu pendederan ketiga selesai, benih di panen dan diseleksi selanjutnya dijual, beberapa yang kualitasnya bagus akan dibesarkan sendiri untuk dipersiapkan kontes atau untuk indukan.
Benih yang lulus seleksi 3 berjumlah 147 ekor dan yang tidak lulus seleksi berjumlah 231 ekor. Panjang rata-rata 9-10 cm.
Jumlah seluruh benih yang dipanen 378 ekor dari jumlah benih tebar awal 387 ekor, jadi ada 9 ekor yang hilang.

4.8  Pengontrolan
Pengontrolan dilakukan setiap hari untuk melihat keadaan kolam sawah. Waktunya bisa bersamaan dengan pemberian pakan pelet. Saat pengontrolan keadaannya harus diamati dengan cermat, agar setiap kejadian dapat segera ditangani.
Bila ada bocoran pada pematang, segera diperbaiki agar ketinggian air dapat dipertahankan dan larva atau benih tidak terbawa arus air.
Setiap satu minggu sekali dilakukan penyiponan lumut maupun dedaunan yang mengotori kolam sawah.

4.9  Pemanenan
Pemanenan benih dilakukan saat benih berumur 75 hari atau setelah pendederan ke 3 selesai. Caranya adalah dengan mengeringkan air kolam sawah, yaitu dengan membuka penyumbat outlet yang diberi saringan agar benih tidak terbawa terbuang.
Sambil menunggu air kolam surut, benih sedikit demi sedikit ditangkap dengan saringan, dimasukan dalam ember, kemudian ditampung dalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat panen.
Ukuran rata-rata benih yang dihasilkan dari pendederan satu berukuruan 2 – 3 cm. pendederan dua 5 – 6 cm, dan pendederan ke tiga 9-10 cm.
Jumlah benih lulus seleksi yang berhasil dipanen dari pendederan I sampai pendederan III 147 ekor ikan koi, sisanya tidak lulus seleksi 957 ekor dan 43 ekor hilang dari jumlah awal tebar benih 1000 ekor,survival rate 95,7%.



BAB V
SIMPULAN

5.1   Simpulan
1.      Proses pemijahan ikan koi dapat dilakukan dengan pemijahan alami dan semi alami dengan bantuan rangsangan ovaprim. Pada magang yang dilakukan pemijahan ikan koi dilakukan secara semi alami.
2.      Perawatan larva setelah menetas selama 10 hari, dengan pemberian pakan kuning telur bebek yang direbus, pada larva ikan umur 2 – 3 hari, umur 4-5 hari pemberian pakan menggunakan kuning telur dan cacing sutera dan umur 6-10 pemberian cacing sutera, waktu pemberian pakan 07:30 dan 16:00. Kemudian dimasukan ke kolam pendederan, pendederan dilakukan selama 75 hari, selama 25 hari sekali dilakukan seleksi benih selama 3x.
3.      Sarana dan prasarana pemijahan dan pendederan ikan koi : Kolam Pemijahan dan penetasan, Kolam Terpal Pendederan. Kolam sawah indukan, Sumber Air, Sistem Aerasi. Prasarana penunjang : Kolam karantina dan pemeberokan, Kendaraan (1 unit mobil dan 3 unit motor), Kolam filter, Gudang pakan, Gudang obat – obatan. Sarana pendukung : Ember, Seser, Jaring, steroform, Air pump, Tabung oksigen.
4.      Permasalahan pembenihan dan pendederan ikan koi : Penanganan dan pengobatan benih koi yang terserang penyakit Pada kolam sawah pendederan sangat sulit dilakukan, Masuknya air pada kolam sawah tidak terkontrol, Pengunaan alat-alat tidak steril, penggunaan bahan kimia dan pestisida yang berbahaya dalam melakukan kegiatan budidaya dan pemberantasan hama, antara lain : lebaycid, bassa, detol dan inrofloxs-25.





5.2  Saran
1.      Selang aerator dan batu aerasi pada beberapa kolam perlu di ganti karena banyak yang mampet dan tidak berfungsi.
2.      Pada kolam pemijahan, penetasan, pemeliharaan larva, karantina dan penampungan sebaiknya kolam di tutupi menggunakan jaring agar lebih steril dan untuk meminimalisir masuknya penyakit dari luar kolam.
3.      perlu penambahan peralatan lain seperti timbangan dan termometer disamping mempermudah pekerjaan, juga membantu mahasiswa yang magang agar penulisan data-data valid.
4.      Jangan menggunakan obat-obatan dan bahan kimia berbahaya seperti lebaycid, detol, bassa, dan inrofloxs-25 untuk kegiatan pemijahan dan pendederan ikan koi.



















DAFTAR PUSTAKA

                 (diakses pada minggu,17 Juli 2016).
Effendy, Hersanto. 1993. Mengenal Beberapa Jenis Koi. Kanisius. Yogyakarta
Khairruman, dkk. 2000. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Subang.
KKP. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010-2014. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 84 hal.
KKP, 2014. Statistik Ditjen Perikanan Budidaya KKP 2014. Produksi air tawar
Lesmana D.S., 2007. Reproduksi Dan Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Loka
                   Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar Pusat Riset Perikanan Budidaya
       BRKP Jakarta
Narbuko, C dan Achmadi. 2001. Metode Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta.
Nazir, M. 1985. Metodologi Penelitian. Ghalia. Jakarta
Prihartono, Eko. 2004. Permasalahan Ikan Koi dan Solusinya. Penebar Swadaya. Jakarta.
Subagyo, M. 1991. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Bumi Aksara. Jakarta.
Suryabrata. 1997. Metode Penelitian. Raya Grafindo Persada. Jakarta
Susanto, Heru. 2000. Koi. Penebar Swadaya. Cipondoh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar